Arsip

Sosial Media GBA Center

30 November 2024

Gerakan Baca Alkitab

Jadikan Baca Alkitab Sebagai Gaya Hidup

Kisah Rajawali | Yesaya 40:31 (TB)

3 min read
Kisah Rajawali

Kisah Rajawali Yesaya 40:31

“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Yesaya 40:31 (TB)

Banyak negara dan lembaga-lembaga atau komunitas yang menggunakan burung rajawali (atau elang) sebagai lambang. Termasuk negara kita Indonesia, juga menggunakan burung garuda atau rajawali sebagai lambang negara, Garuda Pancasila. Tentunya dalam memilih lambang, khususnya lambang negara bukan sembarangan dan asal pilih. Penggunaan lambang burung rajawali bagi bangsa Indonesia memiliki arti sesuai mitologi Garuda Wishnu Kencana. Sebuah kisah yg terkenal, terutama di Jawa dan Bali. Dalam mitologi ini garuda melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan dan disiplin.

Pemilihan lambang rajawali tentunya tidak sembarangan, karena pada kenyataannya memang burung rajawali ini menjalani proses kehidupan yang tidak mudah. Mulai dari masih kecil, anak rajawali menjalani pelajaran terbang dengan proses yang ‘kejam’ dari sang induk. Induk rajawali melatih anaknya terbang dengan cara menjatuhkan anaknya dari tebing yang tinggi, dan menangkapnya kembali setelah anaknya hampir terhempas. Demikian berulang-ulang hingga anaknya tidak lagi terhempas, tetapi bisa terbang sendiri.

Ketika burung rajawali mencapai umur empat puluh tahun kondisi fisiknya mulai menurun. Ditandai dengan paruhnya yang mulai retak dan bengkok sehingga mengalami kesulitan untuk mematuk. Bulunya mulai tebal dan menghambat untuk terbang dan kuku-kuku kakinya sudah tidak tajam lagi, yang menyebabkan tidak kuat untuk mencengkeram mangsa. Dalam fase ini pilihan hanya dua, yaitu tetap bertahan dengan kondisi yang lemah dan menunggu kematian atau bertransformasi (berubah) sehingga dapat mencapai umur tujuh puluh tahun.

Apabila memilih transformasi maka burung rajawali akan bersemedi atau berdiam diri dan membuat sarang baru di tebing yang tinggi supaya aman. Lalu ia mulai mematuk-matukkan dan memukul-mukulkan paruhnya ke batu hingga paruhnya terlepas. Setelah paruhnya terlepas, akan butuh waktu hingga tumbuh paruh yang baru. Setelah paruh yang baru tumbuh, maka rajawali akan mulai mencabuti kuku-kukunya dengan menggunakan paruh baru tersebut. Setelah tercabut, kuku-kuku yang baru pun akan tumbuh kembali. Setelah kuku-kuku baru tumbuh, maka rajawali akan mulai mencabuti bulu-bulunya sampai habis. Kemudian menunggu bulu-bulu baru bertumbuh.

Setelah melewati semua proses yang memakan waktu sekitar enam bulan ini, barulah rajawali menjadi seperti muda kembali, dengan paruh, bulu-bulu, dan kuku baru yang tajam. Rajawali siap menjalani kehidupan normal, hingga berumur tujuh puluh tahun. Burung rajawali harus melewati proses yang menyakitkan dan menyiksa ini demi mendapatkan kekuatan baru di tengah kehidupannya dan agar bisa mencapai usia 70an tahun. Uniknya, masing-masing rajawali sendiri yang membuat pilihan untuk bertransformasi, dan sendiri yang menjalani prosesnya tanpa campur tangan rajawali lain. Mereka menjalaninya dengan keinginan sendiri. Sungguh luar biasa.

Ayat renungan hari ini menyatakan dengan tegas bahwa orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapatkan kekuatan baru. Seumpama rajawali yang mendapat kekuatan baru setelah bertransformasi, demikianlah Yesaya mengumpamakan orang-orang yang menantikan TUHAN. Pilihan untuk menantikan TUHAN adalah pilihan kita sendiri, namun jangan hanya terbuai pada kekuatan dan kemuliaan yang akan kita dapatkan. Ingatlah bahwa dalam keadaan menantikan TUHAN, mungkin kita harus menjalani proses yang menyakitkan.

Seperti rajawali dalam proses transformasi, TUHAN mau kita sendiri yang harus mencabut kesombongan kita, sifat karakter kita yang tidak sesuai, dan semua dosa yang menghambat kita untuk bertumbuh. Dan seperti rajawali yang harus berdiam diri dan bersemedi menjalani proses transformasinya, mari kita pun belajar untuk berdiam diri dan merendahkan diri di bawah kaki Yesus. Sebab setelah proses transformasi kita berakhir, percayalah bahwa kita akan menjadi seperti yang dikatakan Yesaya : kita akan menjadi seperti rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; kita akan berlari dan tidak menjadi lesu, berjalan dan tidak menjadi lelah, karena kekuatan baru senantiasa menjadi milik kita. Amin!
GOD Bless!

Share Artikel ini
Open chat
Butuh Bantuan!
Shalom! 👋🏻
Ingin bertanya tentang Gerakan Baca Alkitab dan pelayanannya? 🙏🏻

Kami melayani chat dari Jam 9.00 - 17.00 WIB
can't talk, whatsapp only