Fight The Fate | Kejadian 38:26 (TB)
2 min readYehuda memeriksa barang-barang itu, lalu berkata: “Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku.” Kejadian 38:26 (TB)
Hukum adat atau tradisi yang berlaku dalam suatu budaya seringkali adalah hukum yang paling tidak bisa ditentang atau dilanggar. Sehingga meskipun tidak berbuat kesalahan, saat berkenaan dengan hukum adat, seseorang bisa saja menjadi korban tradisi dan harus menanggung ‘hukuman’ dalam bentuk ‘nasib buruk’. Orang-orang yang memilih melawan hukum adat atau tradisi demi memperjuangkan ‘nasib’, seringkali dianggap melawan takdir dan menerima kecaman dan penghakiman dari masyarakat.
Tamar adalah seorang wanita yang mengalami ‘nasib buruk’ berkenaan dengan hukum adat. Namun, bukannya menerima keadaannya dan terpuruk, Tamar berjuang melawan ‘takdir’ yang akan menimpanya jika ia diam saja. Tamar adalah menantu Yehuda, anak Yakub, yaitu bapa dari dua belas suku Israel.
Tamar adalah istri dari Er anak sulung Yehuda, tetapi karena Er jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuhnya. Tamar lalu diberikan kepada adik Er, yaitu Onan. Tetapi karena Onan pun melakukan hal yang jahat di mata TUHAN, maka TUHAN pun membunuhnya. Sesuai adat Yahudi, seharusnya Tamar diberikan kepada adik Er dan Onan untuk menjadi istrinya dan demikian menyambung keturunan bagi keluarga tersebut. Namun Yehuda tidak menikahkan anak ketiganya kepada Tamar, sebab ia takut anaknya mati lagi seperti kedua kakaknya.
Menjadi seorang janda yang dua kali menikah dan dua kali pun mengalami kematian suami, tentunya tidak mudah di zaman dan dalam budaya manapun juga. Masyarakat akan memiliki stereotip bahwa ia adalah perempuan sial, atau sebutan-sebutan tidak enak didengar lainnya. Bahkan mertuanya sendiri pun menuduhnya secara tidak langsung. Kehidupan Tamar begitu menyedihkan karena harus menanggung tuduhan dan cemooh dari orang-orang sekitarnya atas kesalahan yang tidak dilakukannya.
Namun, tidak berputus asa, Tamar mencari cara untuk memperjuangkan hidupnya. Menjual diri dan tidur dengan mertua sendiri, tentunya merupakan hal yang menjijikkan bagi seorang perempuan. Tetapi Tamar rela melakukannya, demi memperjuangkan hidupnya. Jelas bukan hal yang mudah dilakukan dan dihadapi dalam situasi Tamar saat itu.
Meski mungkin cara Tamar ‘melawan takdir’ dianggap buruk dan salah dalam pandangan masyarakat, namun TUHAN membela Tamar dan menyatakan anugrah kepadanya. Tamar tersedot dalam waris keilahian sesuai perjanjian TUHAN kepada Abraham, yaitu anak yang dilahirkan Tamar-lah yang mendapatkan berkat kesulungan Israel, dan keturunan yang dilahirkan Tamar-lah yang kemudian menjadi garis keturunan yang melahirkan Yesus Kristus. Bukan anak Yehuda yang lainnya, atau adik dari Er dan Onan yang dibunuh TUHAN.
Mungkin banyak dari kita yang membaca renungan hari ini sedang mengalami hal-hal yang menyakitkan dan menyedihkan karena ketidakadilan. Mungkin ada yang sedang menanggung tuduhan-tuduhan dari kesalahan yang tidak kita perbuat. Hari ini kita belajar untuk tidak putus asa, tidak bertengkar atau saling menyerang. Tidak pernah diceritakan bahwa Tamar bertengkar dengan tetangga ataupun ribut dengan keluarga gara-gara omongan miring orang sekitarnya. Tetapi Tamar berdiam diri dan merendahkan diri di hadapan TUHAN. Dan TUHAN membela Tamar dengan caraNya sendiri. Mari kita pun belajar berdiam diri dan merendahkan diri di hadapan TUHAN. Dengan caraNya dan waktuNya, TUHAN akan membela dan mengangkat kita. Percayalah!
GOD bless!