Love VS Lust | Kidung Agung 8:6 (TB)

“Karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!” Kidung Agung 8:6 (TB)

Dalam renungan kemarin (Love is …) kita membahas mengenai kosa kata gaul : bucin. Bucin berasal dari kata ‘budak cinta’ yang mendefinisikan suatu keadaan ketika seseorang sedang tergila-gila atau terobsesi pada sesuatu atau seseorang. Bisa pada binatang peliharaan ataupun pada manusia lain, khususnya pada pasangan. Lalu atas dasar bucin, seseorang rela berbuat apa saja untuk memastikan perasaan bucin-nya tersampaikan pada orang atau obyek yang dicintai.

Namun jika kita teliti, definisi bucin menunjukkan bahwa si bucin (atau orang yang mengaku budak cinta) mencintai dengan cara yang egois. Ia tergila-gila dan terobsesi, sehingga orang yang dicintai menjadi obyek rasa cintanya. Definisi ini hampir sama dengan nafsu. Nafsu adalah keinginan untuk menguntungkan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Nafsu memperlakukan orang lain sebagai obyek. Sangat berbeda dengan definisi cinta yang kita pelajari pada renungan tanggal 12 Maret : It Is Love.

Dikatakan : kasih itu sabar, murah hati, kasih itu tidak cemburu, tidak menonjolkan diri, dan tidak sombong, Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih itu tidak kasar dan tidak pendendam. Kasih tidak melakukan demi kesenangan pribadi dan mengorbankan orang lain. Cinta itu berkorban dan mengalah, merelakan dan mengampuni, bukan sebaliknya.

Inilah definisi cinta yang sesungguhnya, yang tidak dikaburkan dengan nafsu di balik alasan bucin atau budak cinta. Inilah yang seharusnya kita lakukan dalam hubungan kita dengan sesama kita. Saat kita mengerti cara TUHAN mencintai kita, kita pun bisa belajar mencintai sesama kita dengan cara TUHAN. Cinta yang sesungguhnya, cinta yang sejati, jenis cinta seperti cinta-Nya TUHAN pada kita. Amin.
GOD bless!