Arsip

Sosial Media GBA Center

10 October 2024

Gerakan Baca Alkitab

Jadikan Baca Alkitab Sebagai Gaya Hidup

Apa Artinya? | Kesaksian Jefry W

5 min read

Saya mau bersaksi mengenai masa lalu saya (maaf apabila sangat panjang)

Saya memang lahir dan besar di keluarga Kristen yang sudah setiap Minggu ke gereja, rajin mengisi buku kehadiran ke gereja dan ibu saya adalah salah satu pengerja di salah satu gereja Protestan. Sampai SMU (dulu bukan SMA) kelas 3, tahun 2004, saya masih mengandalkan kekuatan saya, karena saya merasa apa yang ada pada saya bisa saya kembangkan. Saya ikut berbagai olimpiade sains dan menang, banyak sponsor yang saya terima dan saya merasa karena saya rajin belajar. Semuanya itu adalah buah kerja keras saya.

Pada 2004, saya juga sudah mengenal gereja dan bahasa roh, bahkan baptis selam. Saya dari dulu sangat menentang akan baptisan selam dan bahasa roh, karena saya tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Pernah suatu ketika saya diajak sama teman saya untuk ikut KKR di salah satu bioskop di tempat saya. Pemimpin pujian (sebutan yang saya berikan sebelum saya mengetahui sekarang namanya WL) itu masih membawakan sebuah lagu penyembahan yang sangat terkenal dahulu, yaitu “Ku Mau Cinta Yesus Selamanya”. Nah itu, masih reffrein “Ya Abba, Bapa, ini aku anak-Mu, layakkanlah seluruh hidupku…”, saya melihat dengan mata saya sendiri banyak yang nangis (saya sempat mikir kok ada bapak-bapak cengeng banget gitu). Terus ada yang ngomongnya ga jelas dan ga ngerti saya. Saya doa bilang, “Tuhan Yesus ini orang ngomongnya apa ya? Kok aku ga ngerti?”.

Doa saya ini dijawab ketika saya diterima masuk di salah satu Perguruan Tinggi dengan jalur khusus prestasi. Nah, saya tinggal di asrama putra dengan satu kamar saudara sepupu semuanya. Kami ada empat orang satu kamar, namun hanya saya yang Kristen. Bahkan dalam satu lorong yang berjumlah 14 kamar, Puji Tuhan hanya saya yang Kristen.

Suatu ketika pas mau maghrib, saya baca Alkitab dan ketika mau doa, saya lihat teman saya lagi sholat magrib di kamar. Nah, berhubung kiblatnya beda arah dengan saya, jadi kami tidak berhadapan. Saya teringat akan kejadian “bahasa aneh” tersebut. Lalu saya masih ingat betul doa saya itu bahasa Indonesia tercinta dan sangat singkat, “Tuhan Yesus, kalau boleh izinkan aku merasakan seperti apa sih itu bahasanya yang aneh itu? Terus apa artinya?”

Nah, pada saat itu saya ingat benar bahwa saya sepertinya doa itu hanya paling lama 15 menit. Tetapi yang mengejutkan adalah Roh Kudus itu bekerja melawat bukan hanya saya, bukan hanya kamar saya, melainkan di lorong asrama tempat saya berada. Begitu saya bilang Amin, kamar saya dipenuhi oleh teman sepupu dan seorang kiai. Mereka mengira saya kesurupan, karena mereka mengatakan bahwa abis teman saya sholat, dia melihat penampakan yang tidak biasa sampai dikira itu hantu. Dan anehnya lorong asrama itu hangat.

Mereka masuk ke kamar saya karena mereka mendengar suara seperti suara besar, namun bahasanya aneh. Nah, pas mereka masuk, kata mereka mulut saya ga berhenti tetapi suara saya tidak besar. Nah, kegemparan terjadi di lorong itu, karena hanya penghuni lorong itu yang mendengar selama tiga jam suara itu menggelegar di asrama, tetapi penghuni lorong lainnya tidak mendengarkan suara itu. Jadi mereka memanggil pak kiai yang katanya tau sejarah asrama putra tersebut namun si pak kiai juga tidak dapat menjelaskan fenomena apa yang sedang terjadi.

Nah, yang saya ingat ada kalimat yang sangat menyentuh hati saya, kata-katanya seperti ini:
“Anak-Ku, karena kerinduan hatimu mencari Aku, maka engkau akan mengalami kepekaan, engkau akan Aku proses sampai engkau dimurnikan”. Ternyata saya berdoa katanya udah tiga jam ga berhenti, padahal versi saya pribadi hanya 15 menit, karena siapa yang tahan komat-kamit selama tiga jam? Apa ga berbusa mulut ini?

Dan semenjak kejadian itu, saya masuk yang namanya proses-Nya Tuhan, di mana ego saya dimatikan sejadi-jadinya. IPK saya hancur cuma 2.0 di satu tahun pertama. Saya malu sejadi-jadinya, saya merasa saya gagal total, saya mengalami depresi hebat, bahkan saya merasa tidak layak hidup. Saya udah niat itu tahun kedua mau keluar kuliah, karena malu sama keluarga, malu sama ortu, malu sama sekolah. Wah, pokoknya muka ini ga tau mau ditaruh di mana lagi.

Saya ga mau gereja, saya marah sama Tuhan mengapa hal ini harus terjadi dalam hidup saya, padahal setiap kuliah saya ingat betul apa yang diajarkan oleh dosen, tidak ada satupun versi saya yang salah dalam ujian. Tapi inilah namanya pembentukan dari Tuhan. Tiga bulan saya tidak mau gereja, saya tidak mau berdoa, apalagi baca Alkitab. Saya benar-benar marah sama Tuhan, saya merasa Tuhan itu tidak adil, kecuali saya tidak ada persiapan, oke, saya menerima hasil tersebut. Tetapi saya sudah persiapan full sebelum ujian tapi kok hasilnya malah seperti itu.

Nah, rancangan Tuhan tidak ada yang tau. Teman asrama saya (sekarang sudah meninggal), dia ajak saya coba untuk gereja kembali. Kali ini gereja yang dekat kampus saja. Teman saya ini mengatakan bahwa hidup itu harus bersyukur, bisa makan aja harus bersyukur. Di situ saya tidak langsung iyakan, karena bagi saya Tuhan itu tidak adil sama sekali. Sampai teman saya pakai trik ajak saya gereja lalu pulang gereja ntar ditraktir makan siang. Namanya mahasiswa, ya pas kere mau ga mau lah. Niatnya bukan gereja tapi udah kebayang fu yung hai dan cap cai, serta pecel ayam yang nikmat hahahaha….

Ternyata pas pendetanya bawa Firman, dia mengutip Yohanes 15:16 – “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.”

Di situ saya merasa hancur sehancur-hancurnya, bahkan ketika ditantang maju altar call, tiba-tiba tangan saya terangkat padahal saya ga mau angkat tangan. Di depan mimbar pendeta mulai tumpang tangan satu persatu dan jujur saya malah intip giliran siapa nih, kapan giliran saya. Nah, ketika tinggal dua orang lain, saya tutup mata, udah tau abis itu giliran saya. Eh, pas tutup mata saya seperti di terjang air dingin deras banget dan rasanya berat banget….

Seumur-umur saya altar call hanya itu saya jatuh terpental ke belakang bahkan yang pegang saya pun ikut jatuh. Padahal pak pendeta belum selesai doain yang dua orang itu. Saya merasakan ada dua kejadian hebat pada saat itu:

1. Aliran air yang sangat dingin menerjang saya seperti ombak kuat

2. Adanya kehangatan yang luar biasa setelah itu

Saya kirain ini pendeta kurang kerjaan kali siram saya pakai air. Tapi begitu saya bangun pegang badan saya, kering malah, saya kaget luar biasa. Dan setelah ibadah pas mau pulang, pendeta tersebut mengejar saya dan bernubuat seperti ini: “Kamu akan Tuhan pakai untuk membuka segala kepura-puraan. Di hadapan Tuhan tidak ada yang ditutup-tutupi. Dan jangan pernah marah sama Tuhan, karena ujian yang kamu hadapi menjadikan kamu indah di mata Tuhan.”

Siapa yang ga kaget dia tau pergumulan saya? Di situ saya minta ampun sejadi-jadinya sama Tuhan dan mulai membuka hati saya 100% buat Roh Kudus-Nya berkarya dalam hidup saya. Sehingga perlahan-lahan saya dipulihkan Tuhan sampai detik ini.

Maaf kesaksiannya terlalu panjang,
Tuhan Yesus Memberkati!

Kesimpulannya:

1. Tuhan memilih kita tentu ada rencana-Nya atas kita

2. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sekalipun kita merasa kita ditinggalkan

3. Ketika kita mau dimurnikan sama Tuhan, maka keegoan kita akan dikikis habis, akan dihancurkan kedagingan kita.
Nah,  pertanyaannya sampai kapan? Sampai waktu-Nya Tuhan.

Ketika kita menyembah dan kita tidak bisa merasakan secara pribadi Hadirat Tuhan itu, maka kita harus introspeksi diri kita, karena mungkin ada penghalang yang mengakibatkan Hadirat Allah itu tidak kita rasakan secara pribadi.

Kesaksian
Jefry W

Share Artikel ini
Open chat
Butuh Bantuan!
Shalom! 👋🏻
Ingin bertanya tentang Gerakan Baca Alkitab dan pelayanannya? 🙏🏻

Kami melayani chat dari Jam 9.00 - 17.00 WIB
can't talk, whatsapp only