Menjadi Murid Kristus
5 min readSecara umum murid berarti orang yang mau belajar dan menimba berbagai ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas dirinya. Apabila orang tua menyekolahkan anaknya dalam pembelajaran atau pendidikan yang berkualitas, tentu bukan bertujuan untuk menyombongkan kemampuan materi atau kehebatan anaknya, tapi bertujuan mencerdaskan anaknya dan meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan.
Dalam pengertian Alkitab murid tidak hanya berarti orang yang belajar, tapi juga menjadi pengikut yang mengabdikan diri pada guru/pembimbingnya. Dalam Perjanjian Lama kita dapat melihat contoh pemuridan, seperti: Yosua menjadi pengikut dan penerus Musa, Elisa menjadi pengikut dan penerus Elia, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam Perjanjian Baru: Yohanes dengan murid-muridnya, Yesus Kristus dengan ke-12 murid-Nya, serta Paulus dengan Timotius, Titus, dan lain sebagainya. Dengan demikian pengertian murid Kristus adalah orang-orang percaya yang mau belajar tentang segala ajaran Kristus dan mengabdikan dirinya hidup mengikuti Kristus.
Namun tidak semua orang percaya bersedia menjadi murid Kristus. Mengapa? Karena mereka enggan untuk mempelajari dan melaksanakan setiap ajaran Kristus dalam hidup mereka. Bila kita telah mengaku diri sebagai murid Kristus, apakah kita sudah benar-benar mempelajari dan melaksanakan ajaran Kristus dalam hidup kita sehari-hari? Kiranya pertanyaan ini menjadi intropeksi diri kita masing-masing. Lalu pertanyaan selanjutnya muncul: Apakah tujuan kita belajar menjadi murid Kristus? Dan bagaimana menjadi murid Kristus? Mari kita renungkan bersama.
Dalam perenungan saya, tujuan kita belajar menjadi murid Kristus adalah agar kita dapat menjadi serupa dengan Kristus. Menjadi serupa dengan Kristus merupakan kehendak Allah atas orang-orang yang menjadi murid Kristus. Pernyataan ini sesuai dengan Roma 8:29: “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Menjadi serupa dengan Kristus bukan artinya kita memiliki keilahian Kristus, tapi kita mengikuti jejak kemanusiaan-Nya. Dalam kemanusiaan-Nya, Kristus telah merendahkan diri, taat dan setia kepada Allah Bapa dalam menunaikan misi penyelamatan bagi umat manusia. Demikian juga kita perlu rendah hati, taat dan setia pada Kristus Yesus dalam mempertanggung jawabkan hidup ini sesuai kehendak-Nya. Bagaimana kita bisa demikian? Kita perlu memelihara persekutuan yang erat dengan Allah, senantiasa berhikmat pada ajaran Kristus, serta memberi diri hidup dalam tuntunan Roh Kudus.
Bagaimana kita dapat menjadi murid Kristus? Matius 16:24 menjelaskan 3 langkah kepada kita, yaitu: “menyangkal diri”, “memikul salib” dan “mengikut Kristus”.
a. Menyangkal Diri
Menyangkal diri bukan berarti menghilangkan eksistensi dan makna diri dalam hidupnya. Menyangkal diri adalah tidak menempatkan diri sebagai pusat hidupnya, tapi menempatkan Kristus sebagai pusat dan tujuan hidupnya. Orang yang menyangkal diri memahami hidup sebagai kasih karunia Kristus yang patut disyukuri dan dijalani dengan penuh tanggung jawab di hadapan-Nya. Orang yang menyangkal diri akan berkata: “Bukan kehendakku, ya Bapa, melainkan kehendak-Mulah yang jadi.” Contoh penyangkalan diri dapat kita lihat dari hidup rasul Paulus, yang dalam surat-suratnya menyatakan bahwa apa yang dia pikirkan, apa yang dia lakukan, semata-mata bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk Tuhan. Dalam Roma 14:8, Paulus berkata:” Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup dan mati, kita adalah milik Tuhan.”
Apabila kita senantiasa belajar menyangkal diri, kita akan dapat menjadi murid Kristus yang menempatkan kehendak Kristus sebagai dasar dan pedoman setiap rencana dan langkah hidup kita. Orang yang dapat menyangkal diri juga tidak menganggap diri dan kepentingannya sebagai yang utama, tetapi ia dapat bersikap rendah hati dan memperhatikan kepentingan orang lain. Ini yang dimaksudkan Paulus dalam Filipi 2:3. Dengan demikian sebagai murid Kristus, kita tidak hanya menempatkan Kristus sebagai pusat dan tujuan hidupnya, tapi juga senantiasa rendah hati dan peduli pada kepentingan orang lain. Inilah eksistensi dan makna hidup seorang murid Kristus di tengah kehidupan ini.
b. Memikul Salib
Langkah berikutnya menjadi murid Kristus adalah bersedia memikul salib. Pada masa Yesus, salib merupakan hukuman yang paling hina dan menderita diberikan pengadilan Romawi kepada orang yang terbukti melakukan pelanggaran dan dosa besar. Sebenarnya Yesus tidak pernah melakukan pelanggaran dan dosa apa pun, tetapi Ia memberi diri disalibkan untuk menggenapi misi Allah menyelamatkan umat manusia dari dosa dan maut. Karena itu makna salib adalah ketaatan Kristus pada Allah dan wujud nyata kasih-Nya pada umat manusia. Hal ini ditegaskan Paulus dalam Filipi 2:6-8: “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Seorang teolog Jepang, Kosuke Koyama pernah bertanya: “Kenapa orang Kristen harus memikul salib? Mengapa lambang orang Kristen adalah salib? Mengapa bukan rantang yang berisi makanan bergizi dan memiliki gagang sehingga mudah menentengnya?” Pertanyaan Kosuke Koyama ini membantu kita memahami salib bukan sebagai hal yang menyenangkan atau membanggakan, tetapi salib adalah harga yang harus kita bayar sebagai murid Kristus. Setiap orang pada dasarnya memiliki salibnya masing-masing, yang harus dipikul dengan sabar dan taat kepada Kristus. Dalam memikul salib sebenarnya kita tidak perlu menggembar-gemborkan kesulitan yang kita alami, tetapi justru kita perlu belajar tetap bersukacita dalam Kristus (1 Petrus 4:12-14).
c. Mengikut Kristus
Mengikut Kristus artinya setia mengikuti Kristus dan taat melaksanakan segala firman-Nya. Ketika Yesus mengajak murid-murid yang pertama (Simon Petrus, Andreas, Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes) untuk menjadi murid Kristus, mereka meninggalkan jala, perahu, dan ayah mereka, dan mengikut Yesus (Matius 4:18-22). Dari peristiwa ini kita belajar komitmen mengikuti panggilan Kristus, dan taat melaksanakan segala firman-Nya dalam hidup kita.
Ketika berada di antara kerumunan orang-orang, seorang ahli Taurat berkata kepada Yesus: “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus menjawab: ”Serigala mempunyai liang dan burung memiliki sarang, tetapi Anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” (Matius 8:19-20). Jawaban Yesus ini menjadi suatu pernyataan bahwa sebenarnya Yesus tidak mendapat tempat di hati orang Farisi itu. Walaupun dia berkata akan mengikut Yesus, tetapi Yesus tahu keberatan hatinya. Mengapa? Karena ia adalah seorang Farisi yang sulit meninggalkan segala reputasi dan otoritasnya yang besar dalam sistem agama Yahudi. Saat ini pergumulan seperti orang Farisi itu cenderung dialami orang Kristen.
Mengikut Kristus adalah mengutamakan Kristus di atas segalanya, bukan menempatkan Kristus di bawah kepentingan yang lain. Bila kita mau mengikut Kristus, kita perlu taat melaksanakan ajaran Kristus dan mempersaksikan kebenaran Kristus kepada sesama melalui setiap perkataan, sikap dan perbuatan kita sehari-hari. Hal utama yang perlu kita laksanakan sebagai murid Kristus adalah meneladani gaya hidup Kristus untuk hidup saling mengasihi dengan sesama (Yoh. 13:34-35). Dengan kita hidup saling mengasihi, kita turut mewujudnyatakan misi Kristus dalam menghadirkan kasih dan damai sejahtera bagi dunia.
Menjadi murid Kristus bukan suatu prestasi untuk menunjukkan kehebatan dan kemampuan kita melaksanakan semua ajaran Kristen/gereja. Menjadi murid Kristus adalah suatu pembelajaran kita dapat terus mengenal Kristus, memberi diri dituntun oleh Roh Kudus, serta taat melaksanakan setiap ajaran-Nya. Matius 16:24 (menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Kristus) menjelaskan secara sederhana bagaimana kita dapat terus diproses dan diperlengkapi menjadi murid Kristus. Bila kita senantiasa berusaha menjadi murid Kristus, maka sebenarnya kita turut mewujudkan kehendak Allah agar kita hidup serupa dengan Kristus (Roma 8:29). Semoga Kristus senantiasa menyertai langkah hidup kita.