Menemukan Tuhan | Yesaya 55:6 (TB)
2 min read“Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” Yesaya 55:6 (TB)
Alkisah suatu kali ada seorang anak kecil yang ingin bertemu TUHAN. Anak ini merasa bahwa perjalanan menemukan rumah TUHAN adalah perjalanan yang cukup panjang sehingga ia membawa bekal roti lapis dan beberapa kaleng minuman ringan. Demikianlah ia memulai perjalanannya dengan bersemangat.
Setelah berjalan beberapa blok dari rumahnya, ia sampai di sebuah taman dan melihat seorang wanita tua duduk termenung sendirian. Si anak lalu duduk d samping wanita tua itu dan membuka tas bekalnya. Saat hendak memakan bekalnya, ia melihat bahwa wanita tua itu tampak lapar. Si anak lalu menawari wanita tua itu roti yang dibawanya. Tak menyangka akan menerima kebaikan, si wanita tua menerima pemberian anak kecil tersebut dengan perasaan syukur, lalu tersenyum tulus kepada si anak.
Senyuman tulus dari wanita tua itu begitu manis menyentuh hati sang anak, sehingga ia kembali menawari wanita tua itu minuman ringan yang dibawanya, demi agar si wanita tua itu bisa tetap tersenyum. Mereka duduk di taman itu sepanjang sore, makan, minum, dan saling melempar senyum. Saat hari mulai gelap, si anak menyadari bahwa ia harus segera pulang, maka ia bangkit, berpamitan dan memeluk si wanita tua itu. Wanita tua tersebut sangat terharu, ia balas memeluk si anak dengan erat, lalu memberikan senyum yang termanis dan tertulus, itu adalah senyum terbaik yang pernah ia berikan dalam hidupnya.
Ketika si anak sampai di rumahnya, ibunya melihat wajahnya yang penuh sukacita, lalu bertanya, “Nak, apa yang kamu lakukan sepanjang sore ini sehingga membuatmu begitu senang?” Si anak menjawab dengan sukacita, “Aku makan siang dengan TUHAN. Dan mama tahu? Ia punya senyum yang paling indah yang pernah aku lihat!”
Si wanita tua pun penuh sukacita saat sampai di rumahnya. Tetangganya melihat kedamaian di wajahnya yang selama ini selalu muram, lalu bertanya, “Apa yang membuat Ibu terlihat bahagia hari ini?” Si wanita tua tersenyum dan menjawab, “Saya makan roti di taman bersama TUHAN. Dan ternyata, Ia lebih muda dari yang saya bayangkan!” Ia pun kembali tersenyum saat melihat tetangganya melongo.
Dampak hidup yang menjadi garam dan terang dunia adalah membiarkan orang lain, -siapapun dia, baik kita kenal maupun tidak-, menemukan TUHAN dalam hidup kita. Dalam perkataan kita, dalam perbuatan kita, setiap hari.
GOD bless!