Komitmen dalam Pelayanan | 1 Timotius 6:12b (TB)
2 min readUntuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi. (1 Timotius 6:12b TB)
Judul artikel hari ini mengantarkan penulis kembali akan peristiwa delapan tahun silam, tepatnya pada saat mengikuti camp yang diselenggarakan oleh gereja lokal penulis. Setiap peserta yang mengikuti camp tersebut tidak hanya diajarkan teori melainkan juga praktek tentang bagaimana menjadi seorang pelayan yang excellent. Setiap peserta diwajibkan untuk mengingat sebuah motto yang berbunyi: “melayani adalah suatu kehormatan bukan beban” setiap saat pemimpin camp – tiap peserta memanggilnya komandan – menanyakan motto tersebut.
Penulis mengikuti camp tersebut bukan karena sudah terjun dalam pelayanan melainkan karena camp tersebut merupakan bagian dari kelas pemuridan yang sedang penulis ikuti saat itu. Itulah sebabnya mengapa penulis kurang bisa mengikuti camp tersebut dengan baik dan tidak memahami makna dari motto tersebut. Singkat cerita, dalam kurun waktu dua tahun, penulis terjun dalam pelayanan dan menjadi mahasiswa sekolah tinggi teologi. Selama beberapa tahun, motto tersebut seakan terlupakan begitu saja karena tanpa disadari, penulis memiliki motivasi yang salah dalam melayani – melayani hanya karena dijadwal, hanya karena mengisi kekosongan akibat pelayan lain sedang berhalangan melayani, hanya supaya mendapat pujian dan apresiasi, hanya supaya terkenal, hanya karena merupakan bagian dari pengurus bahkan yang paling parah, melayani dengan ogah-ogahan lantaran melihat pelayan lain tidak semangat melayani.
Penulis bersyukur karena Tuhan memakai kakak sepupu – yang pernah penulis sebut dalam artikel yang berjudul “Pernyataan Diri Lewat Covid” dan “Three in One” – untuk mengingatkan kembali penulis akan motto tersebut:
- Yang menjadi saksi pelayanan kita bukan hanya pejabat gereja, aktivis, pelayan lainnya, jemaat, keluarga, sahabat melainkan yang terutama ialah Dia, Raja di atas segala Raja.
- Seorang pelayan tidak hanya berkomitmen untuk melayani sesuai jadwal yang telah ditentukan melainkan juga berkomitmen untuk memberi yang terbaik selama jadwal berlangsung.
- Seorang pelayan harus berkomitmen untuk menjaga hati dan pikiran tetap murni; bukan supaya mendapat pujian dari orang lain dan apresiasi dari gereja melainkan dari Dia, Raja di atas segala Raja.
- Seorang pelayan harus berkomitmen untuk tidak ogah-ogahan melayani ketika ada gesekan dengan pelayan lain atau melihat pelayan lain kurang bersemangat dalam melayani.
Point-point di atas mengubahkan paradigma penulis sehingga pada saat motivasi yang salah kembali muncul, penulis segera memohon ampun dan mengintrospeksi diri.
Tuhan Yesus memberkati dan salam cemungud!
Sumber: