Jiwa Seorang Atlet | 1 Korintus 9:27 (TB)
2 min readTetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. (1 Korintus 9:27 TB)
Olahraga merupakan bagian dari hidup sang ibunda. Banyak medali yang beliau dapatkan sebagai bentuk kedisiplinan dalam berlatih sejak masih menjadi mahasiswa fakultas olahraga hingga tiba waktunya beliau diangkat menjadi seorang wasit. Kedisiplinan tersebut tetap beliau terapkan meskipun telah menjadi wasit angkat besi dan akan terus beliau terapkan hingga tiba masanya beliau tak mampu lagi berolahraga karena faktor usia. Jiwa seorang atlet beliau tanamkan dalam diri kedua anaknya meskipun tidak mengikuti jejaknya dalam bidang olahraga dan terus beliau ingatkan disaat jiwa tersebut mulai memudar dalam diri kedua anaknya.
Kisah sang ibunda harus penulis uraikan guna menyadarkan pembaca bahwa semua orang laksana seorang atlet yang harus mengikuti arahan dari pelatih yang penuh dengan kedisiplinan yang tinggi. Dengan kata lain, setiap dari kita wajib mengikuti arahanNya yang disampaikan oleh orangtua, sesama, dan gereja. Hingga tiba waktunya identitas yang bersangkutan berubah menjadi seorang pelatih saat telah menjadi orangtua. Dalam pemandanganNya, yang bersangkutan tidak akan pernah bisa menjadi wasit meskipun telah menjadi orangtua.
Medali yang penulis uraikan di awal artikel dapat rusak namun tidak dengan mahkota abadi yang sudah disiapkanNya dan hanya dapat diraih jika memiliki keserupaan di dalam Dia yang tumbuh dari kedisiplinan, mulai dari disiplin membaca FirmanNya sampai disiplin dalam hal mengekang diri atas hawa nafsu beserta keinginannya. Pengajaran yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dan diikuti karena telah melakukannya terlebih dahulu.
Tuhan Yesus memberkati dan salam cemungud!
Sumber:https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=1Kor&chapter=9&verse=27&cmt=full