Cermin Kehidupan | Markus 15:21 (TB)
2 min readPada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus. (Markus 15:21 TB)
Emosi seseorang lebih mudah teruji saat berada di jalan raya. Disaat kita mengendarai mobil dengan tepat tetapi dikejutkan dengan kendaraan lain atau orang yang menyeberang jalan dengan ragu-ragu; saat kita sedang terburu-buru tetapi jalanan macet atau mendapat arahan yang salah; saat kita sudah membuat janji dengan orang lain tetapi terlambat menepatinya lantaran terlalu lama menunggu driver online tiba. Anak-cucu kita seringkali bersama kita saat berada dalam situasi tersebut. Apapun keputusan yang diambil, memilih untuk mengendalikan emosi atau mengucapkan kata-kata kasar dan kotor akan dilihat dan terekam kuat dalam ingatan anak-cucu.
Uraian penulis di atas menjelaskan secara singkat bahwa orangtua adalah cermin kehidupan sehingga segala sesuatu yang terjadi di luar kendali kita wajib dikendalikan sebagai wujud pikul salib. Kembali pada akhir paragraf pertama, bagi setiap kita yang memilih untuk berkata-kata kasar dan kotor, mari kita belajar dari Simon Kirene, ayah Aleksander dan Rufus yang dicegat oleh prajurit Romawi untuk memikul salibNya guna mencegah Dia pingsan dan meninggal di tengah jalan. Terkejut itu pasti namun Simon memutuskan untuk mengendalikan dirinya. Kita tidak tahu apakah kedua anaknya bersama dengannya saat itu tetapi kita bisa melihatnya dalam surat yang Paulus tujukan kepada jemaat di Roma yang secara tersirat menyatakan bahwa Rufus menjadi pelayanNya yang luar biasa. Dari kisah Simon, kita mendapat kekuatan agar mengendalikan emosi dimanapun kita berada sebagai wujud kesediaan kita untuk memikul salib, termasuk ketika berada di jalan raya.
Tuhan Yesus memberkati dan salam cemungud!
Sumber: