You Raise Me Up | Amsal 23:18 (TB)
4 min readKarena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal 23:18 TB)
Tuhan akan menjadikan engkau kepala bukan ekor; Tuhan akan membuat engkau naik bukan turun, merupakan janji yang Dia berikan bagi setiap kita yang menaati perintahNya untuk menjaga hati dan pikiran meskipun dalam kondisi yang sulit. Pernyataan tersebut di atas sangat cocok disematkan kepada ibunda dari penulis yang kisahnya akan penulis uraikan di bawah ini. Artikel hari ini cukup panjang. Oleh sebab itu, penulis mohon agar artikel hari ini dibaca dengan sabar sampai selesai.
Pergunan Tarigan lahir di desa Kandibata, Sumatera Utara 60 tahun silam. Beliau sudah diperkenalkan dengan pertanian sejak masih kanak-kanak sebab mata pencaharian penduduk pada masa itu ialah petani.– sekalipun masih kanak-kanak namun harus bisa mengalahkan rasa menggigil, rasa ngantuk, rasa malas, rasa sakit pada kaki akibat ketiadaan alas kaki. Keadaan tersebut terus berlanjut hingga tahun terakhir di bangku sekolah dasar. Selain pertanian, hal yang paling identik dengan perdesaan ialah pergi ke sungai untuk mencuci piring, mencuci pakaian, dan mandi. Pada saat duduk di bangku SMP, beliau tidak lagi tinggal di desa bersama kakek dan nenek melainkan bersama tante yang kebetulan suaminya merupakan guru beliau di sekolah – penulis memanggilnya dengan sebutan bibi tengah dan bapak tengah. Kesulitan hidup mendorong beliau menjadi pribadi yang mengerti situasi dan kondisi, penurut, tak pernah mengeluh serta mengerti tugas dan tanggung jawab – selain sekolah, tugas dan tanggung jawab selanjutnya ialah pekerjaan rumah tannga, menggendong sepupu yang kala itu masih balita serta mencari; memotong; memasak ubi jalar untuk makanan babi peliharaan – namun membuat beliau jadi pribadi yang rendah diri dan tidak mampu mengutarakan isi hatinya – rasa sakit fisik dan jeritan hati akibat perlakuan buruk yang beliau terima dari orang lain hanya bisa ditelan sendiri akibat selalu dimarahi setiap mencurahkan isi hati.
Pada tahun 1980, beliau dimasukkan ke sekolah yang bisa bisa langsung bekerja tanpa harus mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Setelah lulus SPG, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengikuti tes masuk Institut Keguruan Ilmu Pendidikan daerah Medan, pendidikan Diploma 2 yang berlangsung selama 2 tahun – sekarang disebut dengan nama Universitas Negeri Medan atau UNIMED; keputusan tersebut diambil lantaran ketiadaan biaya. Beliau menjadi tau bahwa segala keinginan serta kerinduan dapat disampaikan melaui doa; yakin akan kehadiran, penyertaan serta kasih karunia yang Dia berikan setelah mengikuti persekutuan doa yang diperkenakan oleh salah seorang teman. Selain mengikuti persekutuan doa, beliau tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga serta melatih kemampuanmya dalam olahraga tolak peluru. Keyakinan tersebut sangat berkenan di hatiNya sehingga beliau mendapat kasih sayang dari saudara di Medan, tempat tinggal beliau selama kuliah – mendapatkan uang yang cukup untuk ongkos kuliah serta diperbolehkan untuk mengikuti persekutuan doa serta berlatih dengan leluas
Perjuangan beliau dalam meraih mimpi dimulai ketika terpilih menjadi atlit tolak peluru dikarenakan postur tubuh yang cocok untuk mengikuti pertandingan serta memiliki lemparan terjauh dibandingkan teman-teman yang lain – pertandingan antar pelajar, mulai dari tingkat Kabupaten hingga tingkat Nasional. Inilah alasan dibalik pilihan beliau untuk mengambil Fakultas Olahraga. Sekalipun belum terlalu memahami tentang Dia namun beliau percaya bahwa Dia akan mengabulkan kerinduannya untuk menjadi pribadi yang berprestasi setelah lulus. Hingga pada suatu ketika, datanglah panitia penerImaan polisi ke POLDA seluruh Indonesia mencari atlit atletik – tolak peluru, lempar cakram, lari, lompat jauh, lompat tinggi – untuk menjadi bagian dalam Kepolisian Republik Indonesia. Saat beliau berlatih voli, ketua atletik Sumatera Utara memberitahu bahwa beliau dipanggil ke POLDA karena ada penerimaan masuk polisi kemudian diantar ke ruangan anggota MABES POLRI. Dia memberi kemudahan bagi beliau untuk menjadi anggota kepolisian – hanya perlu menyiapkan berkas dan tes yang diadakan hanyalah sekedar persyaratan saja sebab sudah terlambat mendaftar namun namanya telah tercatat di MABES POLRI sehingga diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pendidikan Negara di Medan. Setelah tamat, beliau ditempatkan di MABES POLRI, diberi tunjangan mes dan transportasi untuk berangkat ke kantor dan berlatih. Berkat konsistensi beliau dalam berlatih serta kepercayaan yang penuh padaNya sehingga, pada enam bulan pertama menjadi anggota kepolisian, layak masuk ke dalam pusat pelatihan nasional di Senayan untuk dipersiapkan untuk bertanding di tingkat Internasional hingga akhirnya beliau tau bahwa beliau kalah dalam jam terbang dan tinggi badan. Semangat beliau untuk terus berlatih dan berprestasi dalam bidang olahraga tidak pudar. Terbukti saat beliau menumpang latihan beban untuk memperkuat otot sehingga dapat melempar cakram dengan baik dan setelah satu bulan, beliau menerima tawaran untuk mengikuti eksibisi – mempromosikan olahraga – angkat besi, diajarkan teknik bermain angkat besi dan dari sebelas kandidat, beliau terpilih untuk mewakili Indonesia karena angkatan barbel paling tinggi –yang dinilai dalam angkat besi ialah per berat badan. Beliau mengabaikan cibiran sebab motivasi beliau yang sesungguhnya bukanlah mencari keuntungan atau pujian – saat itu wanita Indonesia menjadi atlit angkat besi merupakan suatu hal yang tabu namun tidak di negara lain – dan memutuskan untuk mengikuti segala pertandingan yang ada, mulai dari piala Kartini, Proklamasi Cup sampai akhirnya ditunjuk untuk mengikuti kejuaraan Internasional angkat besi di Amerika Serikat pada tahun 1986.
Beliau tidak lama menjadi atlit angkat besi dikarenakan usia namun Dia masih memberi kesempatan bagi beliau untuk melanjutkan pendidikan Strata 1 di IKIP Jakarta guna memperdalam ilmu kepelatihan – sekarang disebut dengan nama Universitas Negeri Jakarta dikarenakan telah ditunjuk oleh pengurus sebagai pelatih sejak tahun 1990, sampai tiba waktuNya beliau pension dari Kepolisian Republik Indionesia bahkan sampai hari ini, beliau telah menjadi wasit Internasional serta terlibat dalam kepengurusan besar angkat besi – mengajar dan menguji wasit Nasional untuk selanjutnya diajukan ke Federasi Angkat Besi Dunia.
Tuhan Yesus memberkati dan salam cemungud!
Sumber: