Wortel, Telur Atau Kopi? | 2 Korintus 4:17 (TB)
2 min read“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.” 2 Korintus 4:17 (TB)
Seorang wanita muda datang kepada ibunya dan menceritakan tentang kehidupannya, dan bagaimana segalanya terasa begitu berat. Ia tidak tahu harus berbuat apa dan ingin menyerah. Ia telah berjuang dan berusaha, namun seakan-akan suatu masalah belum selesai ketika timbul masalah lainnya.
Ibunya lalu mengajaknya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air. Pada panci pertama ia menaruh wortel. Telur pada panci kedua. Dan biji kopi pada panci ketiga. Ia meletakkan ketiga panci itu di atas kompor dan tanpa berkata sepatah pun, ia menyalakan api kompor dan mendidihkan air pada ketiga panci tersebut. Setelah mendidih, ia mematikan kompor. Ia kemudian mengangkat dan meletakkan wortel pada sebuah piring dan telur pada sebuah mangkuk.
Sambil menengok ke arah anaknya, ibu ini bertanya, “Katakan padaku, apa yang kamu lihat?” Si anak menjawab, “Ku lihat ibu merebus wortel, telur, dan biji kopi.” Ia lalu menyuruh anaknya mencicipi wortel dan telur tersebut. Si anak mendapati bahwa wortel itu telah menjadi lunak. Sedangkan telur, kulit luarnya menjadi rapuh dan mudah retak, mudah dilepaskan dari bagian dalam telur yang telah mengeras.
Lain halnya dengan hasil rebusan biji kopi. Ternyata biji kopi tadi telah hancur lebur tak bersisa, tetapi telah mengubah warna, rasa, dan aroma dari air rebusannya.
Lagi lanjutnya, “Apakah kita akan menjadi seperti wortel yang kelihatannya kuat dan tegar, tetapi menjadi lunak, kehilangan kekuatannya dan mudah hancur. Atau kita menjadi seperti telur yang pada mulanya memiliki hati yang lembut, tetapi saat pencobaan datang, menjadi rapuh dan keras hati. Atau kita bisa memilih menjadi biji kopi, yang pada saat masuk dalam keadaan yang menyakitkan, kita dapat melebur dan melepaskan rasa dan keharuman kita. Sehingga tidak saja dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang harus kita jalani, tetapi juga kita bisa membiarkan orang-orang di sekitar kita menikmati kelezatan dan keharuman kehidupan kita. Bahkan mungkin kita dapat mengubah situasi di sekitar kita menjadi lebih baik.”
Bagaimana kita menangani pencobaan dan kesengsaraan kita? Mari menjadi seperti biji kopi, yang mengeluarkan keharuman di tengah tekanan. Dan mengubah lingkungan sekitar dengan menjadi teladan.
GOD bless!