Paradoks Ilahi | Mikha 5:1 (TB)
2 min read“Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” Mikha 5:1 (TB)
Kita hidup di dalam dunia dimana hukum alam mendikte bahwa yang kuat, yang cerdik, yang hebatlah yang layak hidup dan bisa bertahan hidup. Baik di alam liar maupun dalam lingkaran sosial. Sehingga setiap makhluk hidup, khususnya manusia, berupaya dengan segala cara untuk menjadi yang terkuat, terhebat, dan ter–segalanya. Dan karenanya secara naluri kebutuhan untuk bersaing -dalam hal apapun- sangat tinggi.
Tetapi kabar baiknya adalah, kita memiliki TUHAN yang berada di atas hukum alam. TUHAN yang mengatasi segalanya. TUHAN yang menguasai segalanya. IA tidak didikte oleh siapapun. IA tidak mengikuti aturan manapun. IA yang membuat aturan. TUHAN beroperasi sesuai dengan kehendakNya. IA Raja segala raja, Raja atas alam semesta. Tetapi TUHAN sangat mengasihi manusia. Seringkali caraNya mengasihi kita membuat keberadaanNya menjadi paradoks. Yang mana seringkali dianggap dunia sebagai sesuatu yang aneh. Atau sebuah kejutan yang tidak biasa.
Dalam Alkitab kita menemukan banyak paradoks. Beberapa contoh antara lain: IA menyatakan diri sebagai Singa dari Yehuda. Tetapi IA juga adalah Anak Domba ALLAH. IA memberi kekuatan seperti sayap rajawali yang terbang di atas badai. Tetapi IA juga menuntun dengan kelemah lembutan dan kemanisan hati seperti burung merpati. IA menyuruh kita menjadi cerdik seperti ular, tetapi tulus seperti burung merpati. Bahkan IA yang adalah Raja, tidak mengagungkan diri, melainkan mengosongkan DiriNya sendiri dan mengambil rupa seorang Hamba, bahkan taat sampai mati di kayu salib untuk kita. DIA adalah Raja yang melayani.
Dalam bacaan hari ini juga, kita mendapati bahwa Sang Mesias, yang adalah TUHAN dan Raja, berkenan lahir sebagai manusia untuk menyelamatkan dunia. Tetapi IA tidak memilih lahir dalam istana yang megah di kota yang makmur. IA memilih Betlehem, kota kecil yang sederhana, tempat tinggal para gembala. Bahkan Betlehem adalah yang terkecil antara kaum Yehuda. Namun Nabi Mikha menubuatkan bahwa dari Betlehem yang terkecil akan lahir seorang Raja yang besar!
Dari paradoks yang dinyatakan TUHAN, kita belajar bahwa sesungguhnya, keberhasilan tidak didikte oleh aturan yang berlaku dalam dunia dan aturan hukum alam. 1 Korintus 1:27-29 pun menyatakan bahwa apa yang bodoh bagi dunia, dipilih ALLAH untuk mengalahkan hikmat dunia. Yang lemah bagi dunia, dipilih untuk memalukan yang kuat. Yang hina dan tidak berarti itulah yang dipilih untuk menjadi berarti. Pada akhirnya keberhasilan ditentukan oleh penyertaan TUHAN. Kita yang lemah, miskin, hina, dan tidak ada apa-apanya, akan menjadi kuat, hebat, dan dahsyat saat TUHAN bersama kita, dipihak kita, menyertai kita. Imanuel.
GOD bless!