Gereja dan Corona
3 min readHal Persembahan
Adalah diketahui bahwa sumber utama keuangan gereja adalah dari persembahan jemaat. Gegara Corona, bukan hanya Ibadah Minggu tidak dilaksanakan di gedung gereja, tetapi ibadah-ibadah lain juga dihentikan sementara waktu. Sejauh pengamatan saya, pelaksanaan Ibadah Minggu yang dilakukan di rumah oleh setiap keluarga diorganisir oleh gereja dengan tetap memberikan pelayanan baik secara tertulis maupun melalui tayangan visual dalam jaringan (online).
Berdasarkan itu, maka persembahan pun tetap diberikan oleh jemaat, sebab ibadah itu diwajibkan tetap berlangsung di setiap keluarga di rumah masing-masing. Bisa saja waktu ini menjadi masa “penagihan”.
Kita merasakan bersama, gara-gara Corona ini, kondisi ekonomi kita terguncang. Kita ada di badai yang sama, tetapi di kapal yang berbeda dengan kondisi setiap kapal pun berbeda-beda. Bisa saja, untuk makan pun sulit. Saya ingat perkataan Yesus, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan.” (Matius 9:13), maka kiranya hal persembahan jemaat tidak berdasar pada Hukum Taurat, tetapi Hukum Kasih.
Jemaat memang wajib memberi persembahan, tetapi gereja juga wajib memberi makan jemaat di saat mereka lapar. Ingat kisah Yesus memberi makan 5000 orang? Murid-murid-Nya berkata: “Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” (Matius 14:15). Akan tetapi, apakah jawab Yesus? “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” (Matius 14:16)