Arsip

Sosial Media GBA Center

19 September 2024

Gerakan Baca Alkitab

Jadikan Baca Alkitab Sebagai Gaya Hidup

Pembuat Sejarah | Kesaksian Cikian Khou

5 min read

Share Kehidupan:

Beberapa bulan lalu ada razia kendaraan. Dengan santainya saya keluarkan surat-surat kendaraan saya dan SIM kepada Polwan Depok bernama Bu Nonce yang ramah sekali di Jl. Raya Bogor. Alangkah kagetnya saya saat Bu Nonce berkata: “Mohon maaf bapak, SIM bapak sudah mati sejak 14 November 2017.” Lalu saya lihat, wah betul sudah expired date. Saya lalu minta maaf dan berkata, silahkan saya ditilang bila salah bu. “Oke siap, pak.”, kata Bu Polwan (ditulislah surat tilang dan segera saya tanda tangani).

Pada hari mau sidang pas kebetulan saya tak sempat, karena bertepatan dengan pengambilan rapor anak saya yang sulung, di mana jika untuk urusan ambil rapor, saya bilang kepada istri haruslah imamnya yang ambil (menjalankan Praktek Kehadiran seorang ayah bagi anak-anak sebagai warisan yang mahal – sekalipun waktu di sekolah ngantri dan ngumpul dengan ibu-ibu).

Lalu beberapa hari kemudian saya ambil STNK saya yang ditahan, dan atur jadwal perpanjangan SIM. Saat ke Samsat dijelaskan banyak sekali yang tawarkan lewat fast way alias “nembak” dari harga 400.000 s/d 500.000 untuk SIM A. Untuk dalam jadwal yang sibuk, tawaran ini menggiurkan. Saya hening sejenak, di hati berkata keras, “Ini saatnya saya harus rekontruksi hidupku, mulai dari hal-hal kecil dahulu…” (dahulu saat buat Sim B1 saya pernah “nembak” di Komdak Daan Mogot lewat jalur kenalan aparat di tahun 2010 – saat ini SIM udah mati).

Lagi pula bukan untuk jadi sok jago, tapi hanya mau tampil beda saja – Mata Tuhan selalu awasi di segala penjuru. Saya ikuti prosesnya yang baru tahun 2018, jika SIM mati lewat satu hari maka harus ikuti tahapan ujian ulang lagi dengan: tes teori dan test praktek. Saat tes teori saya lolos dari 30 questions, saya bisa jawab 26 dan dinyatakan lulus teori. Saat tes praktek, saya ditawarkan lagi oleh petugas akan di bantu – ga usah ikut praktek dengan bayar 300.000 saja. Tuhan beri hikmat dengan jawaban yang ga bohong tapi bisa menolak dengan baik: “Maaf pak, saya tidak punya uang untuk bayar itu (tapi kalo buat bayar yang lain ada)”. Oh ya udah, silahkan jalankan praktek saja. Saya ikuti dengan kondisi mobil yang ga begitu sehat dan lapangan yang sempit, serta gugup dan dilihat banyak orang. Akhirnya….. Saya gagal praktek 😘😘 (padahal nyetir sudah bisa sejak 1994) 🙈🙈.

Setelah gagal ujian praktek, saya ditawarkan lagi buat dibantu jalan pintas, namun saya hiraukan (Banyak juga yang di pandangan saya pada nembak semua – secara terbuka praktek kolusi terjadi). Saya pelajari dan cara-caranya di lokasi, liat orang-orang yang berintegritas juga yang ga mau nembak SIM. Ada 5-10 orang dan gagal semua (Karena sempit sekali – mobilnya Grand Max yang body lebar). Saya ukur jarak balok pembatasnya, buat latihan di rumah.

Setelah beberapa kali latian di rumah, saya pun datang test yang kedua kali, minggu depannya. Kadang berpikir, mengapa harus gini ya? Bapa mau ajarkan apa buat saya? Dapat renungan tentang kitab Kejadian saat pria diciptakan disebut laki-laki (Bahasa aslinya “Ish“, Noble man = Pembuat sejarah). Wah, saya harus buat sejarah baru buat warisan anak-anak saya. Nanti kelak mereka jika mau buat SIM ga boleh nembak, tapi ikut prosedur sebab papa sudah beri contoh (1 teladan berkata lebih keras daripada 1000 perkataan). Okey, Tuhan. Sekalipun 10 kali gagal saya tak akan menyerah.

Saat tes kedua kali, saya tantang pak polisinya buat contohkan. Saya berasumsi ini mustahil. Masuk mundur ke area sempit dengan satu kali gigi mundur dengan mobil yang lebar (pas-pasan). Awalnya polisi mau contohkan, tapi di batalkan, takut diliat pemimpin dari CCTV. Ya sudah saya pun dengan PD lanjutkan ujian praktek dengan ditonton para antrian. Kata petugas pendamping cara saya sudah benar, dan saat mobil hampir masuk semua. Tiba-tiba ada satu balok jatuh. Ya gagal maning. Ya udah Tuhan, ya udah saya akan praktek lagi minggu depan. Eh,  tiba-tiba petugas bilang, pak coba satu kali lagi aja – pasti bisa. Wah anugerah, saya pun dengan semangat coba lagi dan berhasil total dengan sempurna (saya cerita ke istri – ketiga kali lulus) 😍😍.

Saat mau ambil berkas kelulusan untuk cetak SIM. Petugas di meja bilang, “Pak maaf, bapak belum bisa ambil SIM hari ini karena lagi offline, esok saja saya telpon bapak. Ambilnya di sini saja kepada saya. Bapak balik lagi esok.” 😭 🙈 Ya sudah taat saja, sekalipun agak curiga. Saat mau balik sambil bawa voucher lulus praktek. Saya lewati loket ambil SIM dan saya iseng tanya ke petugas loket: “Apakah lagi offline pak?”, “Ah enggak, idup kok”. Wah, dikerjain ane. “Ya udah pak, ini voucher lulus ujian SIM saya”. Dan diambilnya dan saya duduk sambil praktek GBA dari jam 11.00 siang sampai dengan jam 13.00, kok nama saya ga dipanggil-panggil. Pemandangan banyak juga yang baru datang duduk 1/2 jam, udah kipas-kipas SIM dan pulang (cepat banget caranya). Bukan masalah uang, tapi nilai-nilai yang harus dijalankan – Rekontruksi Hati Damai yang saya cari untuk kesaksian hidup bagi istri anak-anak dan keturunan (saya mau dikuasai Firman Tuhan – Bukan cuma menguasai Firman Tuhan).

Lalu saya tanya ke loket, mengapa nama Cikian belum dipanggil pak? Petugas bilang: “Data bapak dari meja ujian praktek belum masuk ke kami, kami kalo data masuk langsung cetak.” Alamak dua Jam data ga masuk… 🙈🙈  Untung ditemani GBA hahaha. Akhirnya saya balik ke meja ujian praktek. “Pak mengapa data saya belum masuk? Jawabnya: “Loh kan saya udah bilang komputer lagi offline, esok bapak ambil sama saya – kenapa masukin ke loket?”. “Saya pas lewat tadi, cek ke petugas udah online pak – Rumah saya jauh pak.”, jawabku. Petugas: “Semua juga jauh pak, silakan bapak balik esok saja – saya cek masih offline.” Petugas yang lain datang: “Pak, bapak masuk lagi ya – komputer baru online. Nanti berkas saya antar.” Oke – Terima kasih pak. Saya tunggu jika masih lama, akan saya viralkan nih. Akan saya tegas dan buat rame. Di kantor sambil minta tolong satu bapak teman ngobrol di antrian untuk videokan. Baru lima menit saya duduk, tiba-tiba terdengar panggilan: “Bapak Cikian, silahkan ke loket SIM”. Saya bilang sama bapak sebelah tadi: “Maaf pak, kita ga jadi buat video viral – Nama saya udah dipanggil.” 😍😍😍

Rhema: Sekolah kehidupan ini butuh biaya yang disebut dengan proses – Cintai proses, nikmati proses, sampai kita alami kemenangan yang damai sejahtera, sukacita dan kebenaran oleh Roh Kudus dalam jalankan proses (Roma 14:17)

Demikian kesaksian dari saya, Cikian dan terima kasih .. Shalom 🙏🏼🙏🏼

Kesaksian
Cikian Khou
26 Mei 2018

Share Artikel ini
Open chat
Butuh Bantuan!
Shalom! 👋🏻
Ingin bertanya tentang Gerakan Baca Alkitab dan pelayanannya? 🙏🏻

Kami melayani chat dari Jam 9.00 - 17.00 WIB
can't talk, whatsapp only